Kamis, 14 November 2013

PADA SAAT MASUK GUNADARMA



Nama saya QOHHAR ZUYANTO dimana saya di tahun 2013 ini lulus di sekolah menengah kejuruan tepatnya SMK di PERGURUAN CIKINI  dan melanjutkan sekolah lagi di universitas dan diterima lah di universitas gunadarma . Di hari pertama saya,saya mengikuti pengurusan dimana saya untuk menjadi mahasiswa gunadarma mulai dengan melunasi administrasi, foto, memilih fakultas, dan cek kesehatan . disitu saya sendiri mengurusi itu semua 1 minggu lebih mondar mandir jakarta depok karena saya tinggal di TJ PRIOK JAKARTA UTARA.Dengan naik kerata saya jalani semua urusan saya untuk menjadi mahasiswa gunadarma dan kira-kira untuk sampai ketempat tujuan saya harus menempuh perjalanan selama 1 jam setengah untuk sampai ke kampus D yaitu kampus depok .

Di suatu saat ada dimana saya ragu di saat saya memilih falkultas karena orang tua saya ingin saya masuk fakultas teknik informatika tetapi saya dapat beasiswa dan disitu tidak bisa mengambil fakultas itu dan saya coba befikir dan berfikir yang mana yang saya harus ambil karena saya benar benar bingung . tetapi semua ada jalannya asalkan kita mau berfikir dan berdoa agar diberikan petunjuk. jadi lah saya mengambil keputusan dan masuk lah saya di fakultas teknik ELEKTRO karena dimana saya dulu juga sekolah di SMK yang berjurusan sama yaitu teknik ELEKTRONIKA industri dan  saya merasa iya ini benar ini nikmat allah yang harus saya jalani dengan sebaik baiknya . Dan dari situ saya tau orang tua bisa merencanakan tetapi rencana allah lah yang terbaik buat saya dan para umatnya.

Setelah itu saya mengikuti PPSPT dan ospek di gunadarma tepatnya di kampus H, dalam ospek saya mempunyai suatu kejadian dimana saya terlambat hingga 1jam di karenakan macet di daerah depok, dimana saya harus naik ojek tetapi ojek itu menurunkan saya lagi di pangkalan ojek di karenakan macet yang membuat saya makin terlambat dan saya naiklagi ojek yang berbeda yang mau mengantarkan sampai tempat, walaupun macet, terlambat tetapi saya berusaha untuk dateng wlpun itu sudah 1jam saya terlambat. anehnya walaupun saya terlambat saya tidak di hukum  apa apa entah kenapa Padahal banyak kawan kawan saya yang tidak terlambat tetapi pada kena hukuman botaklah apalah, mungkin ini karena saya berusaha terus untuk datang walaupun saya tau saya sudah terlambat dan allah melihat usaha saya yang membuat saya tidak kena hukuman .

Kamis, 07 November 2013

Kiat Menangkal Bahaya Akibat Menghirup Polusi Udara

Polusi udara adalah salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat perkotaan. Setiap hari, tak terhitung banyaknya volume asap kendaraan yang kita hirup. Apa ya akibatnya bagi tubuh kita?

Ahli Kesehatan Masyarakat Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH menjelaskan, polusi udara yang berbahaya adalah karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran kendaraan bermotor. 

Selama kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar karbon, zat itulah yang akan dihasilkan. “Solusinya, penggunaan mobil listrik bisa mengurangi polusi udara dari karbon monoksida,” kata dr. Hafni.

Karbon monoksida sangat berbahaya bagi kesehatan jika sampai terhirup. Dampak jangka pendek yang dirasakan saat zat tersebut masuk paru-paru adalah dada terasa sesak serta batuk-batuk.

“Tetapi dampak dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti timbul penyakit kanker,” ujar pengajar di Universitas Andalas ini.

Selain karbon monoksida, debu juga bisa mendatangkan masalah serius bila terhirup dan masuk paru-paru. “Bahayanya tergantung dari jenis debu yang kita hirup. Bila kita menghirup debu silika maka akan menyebabkan silikosis, pengapuran dalam paru-paru,” jelasnya.

Kendati demikian, masyarakat bisa menangkal atau setidaknya meminimalisasi dampak polusi. Berikut kiatnya seperti disampaikan dr. Hafni:

•    Penangkal paling efektif terutama dari pengguna dan produsen kendaraan bermotor.  Pengguna kendaraan bermotor bisa meminimalkan pemakaian kendaraan pribadi. Selain itu, gunakan bahan bakar yang mengurangi polusi, seperti solar cell, gas dan listrik.

•    Masyarakat  harus membiasakan diri mengenakan masker. “Tidak perlu memakai masker ideal karena harganya mahal. Masker ideal biasanya khusus dipakai untuk orang-orang yang akan memasuki tempat dengan tingkat polusi tinggi,” katanya.
Untuk sehari-hari masyarakat cukup mengenakan masker yang dibeli di apotek. Penggunaan masker sangat penting terutama untuk menangkal debu agar jangan terhirup. 

•    Hindari wilayah yang memiliki kadar polusi berat. “Di kota-kota besar terdapat daerah-daerah yang kadar polusinya sudah terpantau. Sebisa mungkin hindari tempat-tempat yang tingkat polusinya tinggi,” jelasnya.

•    Radikal bebas yang terhirup sebenarnya bisa dinetralisir dengan makanan yang mengandung antioksidan. Oleh karena itu, masyarakat di kota besar harus mengonsumsi makanan yang banyak mengandung antioksidan, seperti buah-buahan.

•    Penghijauan merupakan langkah baik untuk mengurangi dampak polusi.

•    Masyarakat harus mendukung pemerintah untuk menciptakan transportasi massal demi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Jika kendaraan bermotor di jalan dikurangi, tingkat polusi udara otomatis akan turun.

Lingkungan Hidup & Pelestarian lingkungan

Berbagai macam persoalan mengenai lingkungan hidup merupakan suatu masalah bersama yang dihadapi oleh manusia. Manusia perlu menanggapinya dengan serius sambil mengusahakan suatu solusi yang terbaik. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu dilakukan sebagai usaha melestarikan lingkungan hidup antara lain; upaya rekonsiliasi, perubahan konsep tentang alam dan penanaman budaya pelestari.
Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar. Segala macam pemberitaan tentang kerusakan lingkungan hidup tidak lagi asing di pengamatan dan pendengaran kita. Peristiwa demi peristiwa terjadi tanpa kompromi. Kapan dan dimana akan terjadi, manusia hanya bisa mereka-reka. Dan melalui pemanfaatan kecanggihan teknologi yang ada, manusia hanya bisa menghindar dan menyelamatkan diri. Oleh karena itu, tak jarang keresahan dan kecemasan manusia akan suatu efek yang lebih besar, terus menerus membayangi hidup manusia. Dengan demikian, timbullah persepsi bahwa alam adalah musuh bagi manusia, sehingga tingkat kewaspadaan manusia pun semakin meningkat.
Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri ini telah memberi dampak yang sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia juga. Namun hal yang perlu dipertanyakan, apakah pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan menyelamatkan diri tanpa suatu pencarian solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?
Menurut saya, ada beberapa usaha yang mestinya dilakukan oleh manusia dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yaitu upaya rekonsiliasi, perubahan konsep atau pemahaman tentang alam dan menanamkan budaya pelestari.
Upaya Rekonsiliasi
Kenyataan kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi. Manusia cenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan dan dianggap sebagai hembusan angin yang berlalu. Bekas tangisan karena efek  dari kerusakan lingkungan yang dialaminya hanya tinggal menjadi suatu memori untuk dikisahkan. Tapi perlu diingat bahwa tidaklah  cukup jika manusia hanya sebatas menangisi nasibnya, tetapi pada kenyataannya tidak pernah sadar bahwa semua kejadian tersebut adalah hasil dari suatu perilaku dan tindakan yang patut diperbaiki dan diubah.
Setiap peristiwa dan kejadian alam sebagai akibat dari kerusakan lingkungan hidup merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan berubah. Upaya rekonsiliasi menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, maka kejadian-kejadian alam sebagai akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan yang terus-menerus dituai.
Lalu, usaha manusia untuk selalu menghindarkan diri dari akibat kerusakan lingkungan hidup tersebut hendaknya bukan dipahami sebagai suatu kenyamanan saja. Tetapi justru kesempatan itu menjadi titik tolak untuk memulai suatu perubahan. Perubahan untuk dapat mencegah dan meminimalisir efek yang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi dari pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan perubahan demi kenyamanan di tengah-tengah lingkungan hidupnya.
Perubahan Konsep Manusia Tentang Alam
Salah satu paham yang mungkin menjadi akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya pergeseran konsep manusia tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di dalam tanah air kita tidak lain adalah hasil dari suatu pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Cara pandang tersebut melahirkan tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya, konsep tentang alam sebagai obyek. Konsep ini seolah-olah bahkan secara terang-terangan memberi indikasi bahwa manusia cenderung untuk mempergunakan alam semau gue. Dan tindakan dan perilaku manusia dalam mengeksplorasi alam terus terjadi, tanpa disertai suatu pertanggung jawaban bahwa alam perlu dijaga keutuhan dan kelestariannya.
Oleh karena itu, tak jarang pula binatang-binatang yang seharusnya dilindungi pada akhirnya menjadi korban perburuan manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Pemabalakan liar yang terjadi pun tak dapat dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi lagu lama yang terus dinikmati. Dan permasalahan seputar polusi telah menjadi semacam udara segar yang terus dihirup manusia tanpa menyadari bahwa terdapat kandungan toksin yang membahayakan. Jadi, di sini alam merupakan obyek yang terus menerus dieksplorasi dan dipergunakan sejauh manusia membutuhkannya.
Berhadapan dengan kenyatan demikian, maka menurut saya perlu suatu perubahan konsep yang baru. Konsep yang dimaksud adalah melihat alam sebagai subyek. Konsep alam sebagai subyek berarti manusia dalam mempergunakan alam membutuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di sini tampak bahwa manusia dalam kesaksian hidupnya dapat menghargai dan mempergunakan alam secara efektif dan bijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alam sebagai ibu yang memberi kehidupan. Artinya alam dilihat sebagai ibu yang daripadanya manusia dapat memperoleh kehidupan. Oleh karena itu, tindakan yang merusak lingkungan secara tidak langsung telah merusak kehidupan itu sendiri.
Membangun Budaya Pelestari
Kedua upaya melestarikan lingkungan hidup sebagaimana yang telah saya uraikan diatas akan dapat tercapai, jika manusia sungguh-sungguh berusaha membangun dan menanamkan suatu budaya pelestari. Dengan semangat budaya pelestari, manusia senantiasa mempertimbangan segi baik dan buruknya dalam mempergunakan hasil alam. Segi yang baik bahwa manusia bertindak selektif dan mengambil apa yang memang dibutuhkan tanpa bersikap boros. Dengan demikian, manusia telah dengan sendirinya merasa sebagai bagian dari alam yang mesti dijaga kelestariannya.
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah menanamkan budaya pelestari tersebut kepada anak-anak sejak berada di bangku pendidikan. Misalnya pemberian porsi yang lebih kurang banyak tentang persoalan lingkungan hidup agar terbangunlah semangat kesadaran untuk menghargai dan menghormati lingkungan tempat tinggalnya. Tidak sebatas itu saja, tetapi perlu juga membiasakan anak-anak untuk terlibat dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup. Jadi, adanya perpaduan antara teori dan praktek.
Penanaman budaya pelestari yang dilakukan sejak dini merupakan suatu upaya yang sangat efektif dalam mengatasi persoalan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Tentunya di sini membutuhkan partisipasi dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga dan juga dalam seluruh proses pendidikannya di bangku sekolah. Dengan demikian, melalui pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu tersebut generasi yang akan datang semakin menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya, proses penyadaran tersebut juga dapat dilakukan sebagai kebiasaan yang turut membentuk rasa tanggung jawab manusia dalam mempergunakan lingkungan hidup.

1. Masalah-masalah Kependudukan


Masyarakat yang tinggal atau mendiami suatu wilayah tertentu disebut penduduk. Jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah menentukan padat tidaknya di wilayah tersebut. Kita akan membahas beberapa masalah kependudukan yang terjadi di negara kita. Masalahmasalah kependudukan yang terjadi di Indonesia antara lain persebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang begitu besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk, rendahnya pendapatan per kapita, tingginya tingkat ketergantungan, dan kepadatan penduduk.
  •   Persebaran penduduk yang tidak merata
Wilayah negara kita sangat luas. Penduduk yang tinggal di wilayah negara kita tidak merata. Ada daerah yang sangat padat, namun ada juga daerah yang sangat jarang penduduknya. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sangat padat. Menurut sensus tahun 2000, setiap satu kilometer persegi didiami lebih dari dua belas ribu orang. Ini sangat berbeda dengan Provinsi Kalimantan Barat. Di sana hanya ada 27 orang yang mendiami wilayah seluas satu kilometer persegi.
  •   Jumlah penduduk yang begitu besar
Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Indonesia menduduki urutan keempat negara terbanyak jumlah penduduk setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 adalah 205,8 juta jiwa.
  •   Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Jumlah penduduk Indonesia sudah sangat banyak. Jumlah ini akan terus bertambah karena pertumbuhan jumlah penduduk juga tinggi. Hal ini disebabkan oleh angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian.
  •   Kualitas penduduk rendah
Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Ini mempengaruhi kualitas atau mutu penduduk Indonesia. Masyarakat Indonesia kurang memiliki keahlian dan keterampilan dalam bekerja. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang bagus.
  •   Rendahnya pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita artinya rata-rata pendapatan penduduk setiap tahun. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih rendah. Remdahnya pendapatan per kapita rendah berkaitan erat dengan banyaknya masyarakat miskin.
  •   Tingginya tingkat ketergantungan
Penduduk yang tidak tidak bekerja disebut penduduk yang tidak produktif. Biasanya penduduk yang tidak bekerja adalah yang telah berusia lanjut atau masih anak-anak dan remaja. Mereka ini disebut usia nonproduktif. Penduduk nonproduktif menggantungkan hidupnya pada penduduk produktif (bekerja). Karena usia nonproduktif tinggi, maka tingkat ketergantungan di Indonesia cukup tinggi.
  •   Kepadatan penduduk
Beberapa kota besar di Indonesia sangat padat. Tingginya kepadatan penduduk menyebabkan masalah-masalah sosial seperti pengangguran, kemiskinan, rendahnya pelayanan kesehatan, meningkatnya tindak kejahatan, pemukiman kumuh, lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, dan sebagainya. 
Pemerintah terus berupaya mengatasi masalah-masalah kependudukan di atas. Upaya yang sudah dijalankan pemerintah antara lain sebagai berikut.
1. Menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana.
2. Melaksanakan program transmigrasi.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan.
4. Membuka lapangan kerja sebanyak mungkin, dan sebagainya.